Carlos Fernandes Bank untuk Penyelesaian Internasional (BIS) baru saja merilis informasi tentang uji coba bernama Project Icebreaker. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk menyelidiki apa yang bisa terjadi jika mata uang digital yang dibuat oleh bank sentral digunakan di seluruh dunia. Eksperimen ini menguji apakah secara teknis memungkinkan untuk melakukan transaksi lintas batas antara berbagai jenis mata uang digital.
Proyek Pemecah Kebekuan
Bank for International Settlements (BIS) baru-baru ini menerbitkan laporan yang mengatakan sebagian besar orang yang berinvestasi dalam cryptocurrency kehilangan uang selama tujuh tahun terakhir. Artinya BIS menganggap penting untuk membuat peraturan tentang kripto dan mengembangkan mata uang digital baru yang disebut Mata Uang Digital Bank Sentral (CBDC).
Setelah adanya laporan, Agustin Carstens yang merupakan manajer di BIS mengatakan bahwa aset kripto telah gagal mengalahkan mata uang fiat yang dibuat oleh bank sentral. Dia juga memperingatkan bahwa jika bank sentral tidak terus mengikuti perkembangan teknologi, bank sentral lain akan turun tangan dan mengambil alih.
Pada tanggal 6 Maret 2023, Bank of International Settlements (BIS) merilis laporan mereka yang berjudul “Project Icebreaker: Breaking New Paths in Cross-Border Retail CBDC Payments”. Studi yang dilakukan BIS ini membahas bagaimana Innovation Hub Nordic Center bermitra dengan bank sentral di Norwegia, Israel, dan Swedia. Tujuan Project Icebreaker adalah untuk menghubungkan mata uang digital negara-negara tersebut menggunakan model hub-and-spoke.
BIS melaporkan bahwa penting untuk mempertimbangkan aspek hukum untuk pendekatan tipe hub Icebreaker. Cecilia Skingsley, kepala BIS Innovation Hub, mengatakan Project Icebreaker istimewa karena memberikan banyak kebebasan kepada bank sentral dalam menciptakan mata uang digital (CBDC) untuk transaksi ritel domestik, tetapi juga memungkinkannya digunakan secara internasional.
Laporan BIS mengklaim bahwa agar Icebreaker dapat berfungsi dalam kehidupan nyata, berbagai jenis teknologi perlu digunakan, dan kemampuan untuk menjaga privasi sekaligus memastikan orang-orang mematuhi undang-undang tertentu harus didukung. Tiga teknologi dipilih untuk proyek ini: Ethereum Quorum untuk Israel, Hyperledger Besu untuk Norwegia, dan Corda Network untuk Swedia.
Bank sentral dapat membuat jenis mata uang digitalnya sendiri (disebut CBDC) dan terhubung satu sama lain untuk melakukan pembayaran lintas batas. Laporan BIS merekomendasikan agar bank sentral tersebut menggunakan opsi penyelesaian bersyarat dan standar penyampaian pesan/penanganan yang sama dengan yang digunakan saat ini.
Andrew Abir, wakil gubernur Bank of Israel mengatakan bahwa jika Israel ingin meluncurkan syikal digital, maka harus memenuhi standar global sehingga Israel dapat menggunakannya untuk pembayaran lintas batas. Dia juga berbicara tentang betapa pentingnya proyek ini bagi Israel dan komunitas bank sentral.
Apa pendapat Anda tentang Project Icebreaker, mata uang digital yang digunakan oleh negara-negara (CBDC) dan pembayaran yang dilakukan dengan mata uang digital ini antar negara berbeda? Beri tahu kami pendapat Anda di bagian komentar.
Kredit Gambar: Shutterstock, Pixabay, Wiki Commons
